Mengenal Karate Lebih Dekat
Definisi Karate
Karate berasal
dari pengucapan dalam bahasa Okinawa “Kara” yang berarti Cina dan “Te”
yang berarti tangan. Selanjutnya arti dari dua pengucapan itu adalah
tangan Cina, teknik Cina, tinju Cina. Selanjutnya sekitar tahun 1931
Gichin Funakoshi – dikenal sebagai Bapak Karate Moderen – mengubah
istilah Karate kedalam huruf kanji Jepang yang terdengar lebih baik.
Tahun 1936 buku Karate-do Kyohan diterbitkan Gichin Funakoshi telah
menggunakan istilah Karate dalam huruf kanji Jepang. Dalam pertemuan
bersama para master di Okinawa makna yang sama diambil. Dan sejak saat
itu istilah “Karate” dengan huruf kanji berbeda namun pengucapan dan
makna yang sama digunakan sampai sekarang.
Saat ini istilah
Karate berasal dari dua kata dalam huruf kanji “Kara” yang bermakna
kosong dan “Te” yang berarti tangan. Karate berarti sebuah seni bela
diri yang memungkinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata.
Menurut Gichin Funakoshi Karate mempunyai banyak arti yang lebih
condong kepada hal yang bersifat filsafat. Istilah “Kara” dalam Karate
bisa pula disamakan seperti cermin bersih yang tanpa cela yang mampu
menampilkan bayangan benda yang dipantulkannya sebagaimana aslinya. Ini
berarti orang yang belajar Karate harus membersihkan dirinya dari
keinginan dan pikiran jahat.
Selanjutnya Gichin Funakoshi
menjelaskan makna kata “Kara” pada Karate mengarah kepada sifat
kejujuran, rendah hati dari seseorang. Walaupun demikian sifat kesatria
tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi keadilan berani maju
sekalipun berjuta lawan tengah menunggu. Demikianlah makna yang
terkandung dalam Karate.
Karena itulah seseorang yang belajar
Karate sepantasnya tidak hanya memperhatikan sisi teknik dan fisik,
melainkan juga memperhatikan sisi mental yang sama pentingnya. Seiring
usia yang terus bertambah, kondisi fisik akan terus menurun. Namun
kondisi mental seorang Karateka yang diperoleh lewat latihan yang lama
akan membentuk kesempurnaan karakter. Akhiran kata “Do” pada Karate-Do
memiliki makna jalan atau arah. Suatu filosofi yang diadopsi tidak hanya
oleh Karate tapi kebanyakan seni bela diri Jepang dewasa ini (Kendo,
Judo, Kyudo, Aikido, dll)
Sejarah Dan Perkembangan Karate
Ilmu bela diri sebenarnya sudah dikenal semenjak manusia ada, hal ini
dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan purbakala antara lain:
kapak-kapak batu, lukisan-lukisan binatang yang dibunuh dengan senjata
seperti tombak dan panah.
Bela diri pada waktu itu hanya bersifat
mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitarnya.
Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan
yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk
menekuni ilmu bela diri semakin meningkat.
Tersebutlah pada 4.000
tahun yang lalu, setelah Sidartha Gautama pendiri Budha wafat, maka
para pengikutnya mendapat amanat agar mengembangkan agama Budha
keseluruh dunia. Namun karena sulitnya medan yang dilalui, maka para
pendeta diberikan bekal ilmu bela diri. Misi yang ke arah Barat ternyata
mengembangkan ilmu Pangkration atau Wrestling di Yunani. Misi keagamaan
yang berangkat ke arah Selatan mengembangkan semacam, pencak silat yang
kita kenal sekarang ini. Salah satu misi yang ke Utara menjelajahi Cina
menghasilkan kungfu (belakangan di abad XII, kungfu dibawa oleh
pedagang Cina dan Kubilaikhan kenegara Majapahit di Jawa Timur).
Dari Cina rombongan yang ke Korea menghasilkan bela diri yang kemudian
kita kenal dengan Taekwondo. Dari Korea ternyata rombongan tidak dapat
meneruskan perjalanan ke Jepang, tetapi berhenti hanya sampai di
kepulauan Okinawa. Tidak berhasil masuknya rombongan ke Jepang, karena
di Jepang saat itu sudah mengembangkan ilmu bela diri Jujitsu, yudo,
kendo dan ilmu pedang (kenjutsu).
Namun sejarah mencatat bahwa
pasda tahun 1600-an, Kerajaan Jepang telah menguasai Okinawa. Kerajaan
Jepang telah memerintah Okinawa dengan tangan besi, penduduk dilarang
memiliki senjata tajam, bahkan orang tua dilarang memakai tongkat.
Diam-diam bangsa yang terjajah ini mempelajari ilmu bela diri dengan
tangan kosong yang waktu dikenal dengan nama TOTE. Dari satu teknik ke
teknik lainnya, ilmu bela diri diperdalam dan para pendeta ikut
mendorong berkembangnya ilmu bela diri TOTE ini.
Kemudian pada
tahun 1921 seorang penduduk Okinawa bernama Funakoshi Gitchin
memperkenalkan ilmu bela diri dari TOTE ini di Jepang, dan namanya pun
berubah menjadi karatre, sesuai dengan aksen Jepang dalam cara membaca
huruf kanji. Sejak saat itu karate berkembang dengan pesat di Jepang.
Karate Sebagai Seni Beladiri
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, keberadaan beladiri jadi suatu
kebutuhan : manusia kerap memanfaatkan kaki dan tangannya sebagai
senjata utama guna melindungi diri menghadapi kerasnya kenyataan
duniawi. Karate ….. ?
Asal-usul Karate berasal dari Kempo alias
seni beladiri tinju Cina (China Boxing) diciptakan oleh Darma, Guru
Budha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji,
Mt-Sung, Provinsi Henan, Cina (generasi Darma selanjutnya menyebut
beladiri ini dengan nama Shorinji Kempo) yang berakar di Okinawa melalui
kontaknya dengan Cina pada medio abad ke 14. Pada abad itu, pengadilan
Bakhuco (di bawah penguasa setempat) di Okinawa membuat larangan
penggunaan senjata. Itulah sebabnya embrio beladiri Karate muncul.
Dalam budaya (bahasa) Cina, Kempo berasal dari kata kara yang berarti
Cina dan te yang berarti tangan. Di Jepang, pada proses perkembangannya
kemudian, kara berarti kosong dan te berarti tangan.
Jadi
hakikatnya, seni beladiri Karate merupakan suatu bentuk beladiri yang
mengandalkan tangan kosong. Lahirnya Karate sebagai seni beladiri
diketahui pada abad ke-19.
Adalah Matsumara Shukon
(1797-1896)-seorang prajurit samurai dan pelindung Raja Soko Okinawa
yang berjasa melahirkan seni beladiri Karate. Ia menciptakannya dengan
menggabungkan unsur seni militer Jepang (bushido).
Matsumara
adalah pendukung adanya dua kebijakan : latihan militer (fisik) dan
kesarjanaan (intelektualitas). Ialah anggota kelas berkuasa di Pulau
Ryuku yang berjasa meletakkan pondasi dasar dan pengembangan ilmu
Karate.
Gichin Funakoshi, penemu Shotokan, mengemukakan suatu
filosofi bahwa Karate yang sesungguhnya adalah : dalam kehidupan
sehari-hari, pikiran dan tubuh seseorang dilatih dan dikembangkan dalam
kerendahan hati. Dan, pada saat-saat kritis, ia akan mengabdi seluruhnya
pada keadilan.
Pemahaman terhadap Karate digambarkan pula
sebagai seni perang atau metode beladiri yang meliputi bermacam-macam
teknik, termasuk bertahan, menyerang, mengelak, bahkan merobohkan.
Latihan karate dapat dibagi menjadi tiga aspek : kihon (dasar), kata
(bentuk), dan kumite (lakuan).
Kata Karate merupakan kombinasi
dari dua karakter (kata) Jepang : kara berarti kosong dan te yang
berarti tangan. Maka Karate dapat diartikan dengan tangan kosong.
Ditambah sufiks (akhiran)-do (baca : doe), berarti cara.
Jadi, Karate-Do menerapkan Karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri.
Dalam Karate-Do tradisional, kita selalu diingatkan : musuh utama adalah diri kita sendiri
.
Funakoshi mengatakan, Pikiran dan teknik menjadi satu dalam Karate.
Kita berusaha membuat teknik fisik kita sebagai ekspresi dari apa yang
diinginkan pikiran kita, pun meningkatkan pemusatan pikiran kita dengan
memahami inti dari teknik fisik. Dengan menyempurnakan gerakan Karate,
kita juga menyempurnakan jiwa dan mental.
Sebagai contoh,
meniadakan gerakan dalam gerakan Karate yang lemah dan ragu-ragu dapat
membantu menghilangkan kelemahan dan keragu-raguan berpikir, begitu pula
sebaliknya. Dengan makna itu, Karate menjadi suatu cara hidup, dimana
kita mencoba untuk menjadi orang yang kuat, tapi bahagia dan penuh
kedamaian. Seperti yang dimaksud Tsutomu Ohshima, Kepala Instruktur
(Shihan) Shotokan Karate America (SKA),
Kita harus cukup kuat
mengekspresikan pikiran kita terhadap lawan, kapan saja, dimana saja.
Tapi, kita harus tenang mengekspresikan diri kita secara rendah hati.
Ada salah satu bentuk latihan Karate yang unik dalam SKA. Latihan itu
dinamakan latihan khusus, yaitu satu seri dari latihan Karate dimana
kita mencoba untuk menghadapi diri kita sendiri dan menyempurnakan
mental dan jiwa kita.
Falsafah Karate
1. RAKKA (Bunga Yang Berguguran)
Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam Karate. Ia
bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga
dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk
membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas
pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran.
Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal
Karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas
itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk
itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah
cukup untuk membela diri
2. Mizu No Kokoro (Minda Itu Seperti Air)
Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran)
perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang,
maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis
serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita
akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang.
Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di
danauitu akan kabur
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “4 besar JKF” adalah sebagai berikut :
SHOTOKAN
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai
gedung/bangunan. Sehingga Shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan
Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu Karate
dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan
standardisasi dari berbagai perguruan Karate di Okinawa yang pernah
dipelajari oleh Gichin Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki
Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan
kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan
Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani
langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
GOJU-RYU
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan tehnik keras dan
tehnik lembut, dan merupakan salah satu perguruan Karate tradisional di
Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya
popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang),
aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui
banyak tehnik-tehnik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang,
sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri
Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang
sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehinga
Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar
para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima
pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang
bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
SHITO-RYU
Aliran Shito-Ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari
banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-Ryu, yaitu ada 30 sampai
40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan
memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan,
ahli Karate Shito-Ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka
bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak
rapat seperti Goju.
WADO-RYU
Adalah aliran Karate yang unik
karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-Ryu Jujutsu, sebuah
aliran beladiri Jepang yang memiliki tehnik kuncian persendian dan
lemparan. Sehingga Wado-Ryu selain mengajarkan tehnik Karate juga
mengajarkan tehnik kuncian persendian dan lemparan/ bantingan Jujutsu.
Didalam pertarungan, ahli Wado-Ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu
tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan
tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang
menggunakan tehnik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk
menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para
praktisi Wado-Ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada
dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
KYOKUSHIN
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan
tetapi aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang,
serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada
tahun 1970 an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama
Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut system
Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani
melakukan full contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami
arti yang sebenarnya dari seni beladiri Karate serta melatih
jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin
kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana Karateka diuji
melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri
telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini
untuk melakukan 5 – 10 kumite berturut-turut.
Gichin Funakoshi
mendefinisikan Dua Puluh Ajaran Karate (juga disebut Niju kun). Ini yang
membentuk Dasar-dasar dan Filosofi Shotokan Karate. Dasar menekankan
anatar lain pada Kerendahan Hati, Rasa Hormat, Kasih Sayang, dan
Kesabaran. Para Karateka harus mematuhi aturan dalam semua bidang
kehidupan untuk mencari kesempurnaan karakter.
1. Karate bukan hanya Tempat Latihan.
2. “Jangan lupa” Karate dimulai dan diakhiri dengan membungkuk.
3. Dalam Karate, Tidak pernah serangan pertama.
4. Karate harus mengikuti Jalan Keadilan.
5. Pertama Anda harus mengenal diri sendiri, maka anda dapat mengenal orang lain
6. Perkembangan spiritual sangat penting; keterampilan teknis hanyalah alat untuk mencapai tujuan.
7. Anda harus melepaskan pikiran Anda.
8. Kemalangan yang keluar dari kemalasan.
9. Karate adalah latihan seumur hidup.
10. Masukkan karate dalam segala sesuatu yang Anda lakukan.
11. Karate adalah seperti air panas. Jika Anda tidak memberikan secara terus-menerus panas akan menjadi dingin.
12. Jangan berpikir kamu harus menang. Berpikir bahwa Anda tidak harus kehilangan.
13. Kemenangan tergantung pada kemampuan Anda untuk memberitahu titik-titik rawan dari titik tak terkalahkan.
14. Bergerak menurut lawanmu.
15. Pertimbangkan lawan tangan dan kaki seperti pedang tajam.
16. Ketika Anda meninggalkan rumah, berpikir bahwa jutaan lawan sedang menunggu Anda.
17. Posisi siap untuk pemula dan posisi alam untuk siswa lanjutan.
18. Kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal lain.
19. Jangan lupa
a. kekuatan dan kelemahan kekuasaan
b. ekspansi dan kontraksi dari tubuh,
c. lambat dan kecepatan teknik.
20. Rancangan setiap saat.
Ajaran Latihan adalah serangkaian prinsip-prinsip yang diulangi pada
akhir setiap kelas oleh semua siswa dan instruktur. Ajaran Latihan tidak
hanya seperangkat aturan yang harus diikuti dalam Dojo, tetapi
dimaksudkan untuk mengingatkan para siswa mengapa mereka melatih dan
bahwa prinsip-prinsip yang harus diterapkan untuk kehidupan sehari-hari
di luar Dojo.
Prinsip Karate:
1. Sanggup Memelihara Kepribadian (Jinkaku kansei ni tsutomuru koto)
2. Sanggup Patuh Pada Kejujuran (Makoto no michi o mamoru koto)
3. Sanggup Memeprtinggi Prestasi (Doryoku no seishin o yashinau koto)
4. Sanggup Menjaga Sopan Santun (Reigi o omonzuru koto)
5. Sanggup Menguasai Diri (Keki no yu o imashimuru koto)
Metode Pelatihan
Metode pelatihan dasar yang digunakan di dojo pada umumnya dikelompokkan ke dalam tiga bidang:
1. Kihon (Dasar)
Kihon berarti “dasar” atau “fundamental”. Kihon mencakup teknik seperti
kuda-kuda, pukulan, tendangan, blok dan pemogokan yang membentuk dasar
Karate. Praktek dan penguasaan kihon sangat penting untuk semua
pelatihan lanjutan. Mempraktikkan dasar-dasar siswa akan mengembangkan
fokus, konsentrasi dan disiplin bersama dengan memperkuat tubuh. Setelah
siswa tubuh lebih kuat dan sehat, kepercayaan tidak dapat dihindari.
2. Kata (Jurus)
Kata adalah sebuah kata dalam bahasa Jepang yang menggambarkan pola
koreografer rinci gerakan yang dimaksudkan untuk mensimulasikan membela
diri melawan banyak lawan imajiner. The Karateka (praktisi karate)
visualisasi para lawan ‘serangan dan tanggapan nya. Umumnya, setiap kali
sebuah kemajuan Karateka ke peringkat berikutnya kata yang baru
dipelajari. Namun, selalu ada lebih banyak yang dapat dipelajari dari
awal katas dan bahkan peringkat tertinggi Karateka akan terus berlatih
katas awal. Kata juga dapat digunakan sebagai suatu bentuk meditasi.
3. Kumite (Perkelahian)
Kumite berarti perkelahian, dan ini adalah bagian dari karate di mana
Anda melatih melawan musuh, dengan menggunakan teknik belajar dari kihon
dan kata. Kumite dipraktekkan dalam beberapa format, tergantung pada
peringkat dari mahasiswa. Para Karateka akan diperkenalkan kepada jenis
berikut tentang kemajuan kumite :
a. Sanbon Kumite (Tiga langkah Perkelahian)
Tiga serangan diikuti oleh satu serangan counter. Teknik diumumkan
sebelumnya, dihitung keluar, kemudian lanjutkan dalam garis lurus. Ini
adalah jenis pertama kumite dipraktekkan. Setiap peserta tahu siapa yang
menyerang untuk mengharapkan dan kapan. Pada tahap ini tujuannya adalah
untuk mengembangkan teknik-teknik yang efektif sementara dalam gerakan
dan dalam koordinasi dengan pernapasan.
b.Ippon Kumite (Salah satu langkah Perkelahian)
Satu serangan diikuti oleh satu serangan counter. Teknik diumumkan di
masa depan tetapi tidak dihitung. Ini adalah jenis kedua kumite. Pada
tahap ini tujuannya adalah untuk mengembangkan efektif waktu, jarak, dan
kontra serangan.
c. Jyu-Ippon Kumite (Perkelahian Setengah Bebas)
Semi-bebas dalam Teknik Perkelahian masih diumumkan tetapi penyerang
memutuskan kapan harus memulai. Selain itu, para penentang diperbolehkan
untuk bergerak. Tujuan pada tahap ini adalah untuk mengembangkan
kemampuan untuk menangkap lawan dalam satu bergerak, dan untuk mengenali
dan memanfaatkan bukaan.
d. Jiyu Kumite (Perkelahian bebas)
Ini adalah bentuk paling maju Perkelahian. Pada tahap ini lawan tidak
mengumumkan teknik dan bebas untuk bergerak. Tujuan adalah untuk
mengembangkan kemampuan untuk memimpin lawan, untuk menciptakan bukaan,
dan terus berlatih menggunakan teknik yang berbeda-beda.
Kumite
tidak hanya mengajarkan kita tentang pembelaan diri. Ini juga
mengajarkan kita banyak hal tentang diri kita sendiri. Berlatih Kumite
mengajarkan tentang waktu, jarak dan bukaan kehidupan.
Peringkat Sabuk
Peringkat sabuk digunakan untuk menunjukkan tingkat pengalaman seorang
Karateka. Dalam sabuk ISKF diberikan dalam urutan sebagai berikut:
• Putih (beginner)
• Kuning (8 Kyu)
• Orange (7 Kyu)
• Hijau (6 Kyu)
• Biru (5 Kyu)
• Biru (4 Kyu)
• Coklat (3 Kyu)
• Coklat (2 Kyu)
• Coklat (1 Kyu)
• Hitam (Dan – 1)
• Hitam (Dan – 2)
• Hitam (Dan – 3)
• Hitam (Dan – 4)
• Hitam (Dan – 5)
• Hitam (Dan – 6)
• Hitam (Dan – 7)
• Hitam (Dan – 8)
Aspek Mental Seni Bela Diri
Yang Penting Dalam Seni Bela Diri adalah Komponen Mental atau
Spiritual. Pelatihan di dojo bukan hanya untuk belajar bela diri tetapi
juga untuk belajar tentang diri kita sendiri.
Joe Hyam menjelaskan hal ini dalam Zen indah di Seni Bela Diri:
“Sebuah miniatur kosmos dojo adalah tempat kita melakukan kontak dengan
diri kita – kita ketakutan, kegelisahan, reaksi, dan kebiasaan. Ini
merupakan arena konflik terbatas di mana kita menghadapi seorang lawan
yang bukan lawan melainkan mitra terlibat dalam membantu kita memahami
diri sendiri lebih lengkap. Ini adalah tempat di mana kita dapat belajar
banyak dalam waktu yang singkat tentang siapa kita dan bagaimana kita
bereaksi di dunia. Konflik yang terjadi di dalam dojo membantu kita
menangani konflik yang terjadi di luar. total konsentrasi dan disiplin
yang diperlukan untuk belajar seni bela diri membawa ke kehidupan
sehari-hari. Kegiatan di dojo mengajak kita untuk terus mencoba hal-hal
baru, sehingga juga merupakan sumber belajar – dalam terminologi Zen,
sumber pencerahan diri. “
“Karate-do … tidak punya cita-cita
sebagai sempit seperti memenangkan kejuaraan. Manusia kemajuan dalam
seni seperti memanjat tangga atau serangkaian langkah-langkah yang
curam. Ketika pikiran dan tubuh tumbuh bersama, mahasiswa terus maju dan
bergerak ke atas, satu langkah pada satu waktu. Bahkan ketika tubuh
menurun, masih ada satu langkah lagi ke depan dalam mencari kesempurnaan
karakter. Sampai hari kamu mati, proses ini tak ada akhirnya, karena
tidak ada orang yang sempurna, tapi kita semua bisa menjadi sedikit
lebih baik jika kita terus berusaha. “
- Masatoshi Nakayama-
diambil dari : https://id-id.facebook.com/permalink.php?story_fbid=291653837548940&id=201014666649517
Tidak ada komentar:
Posting Komentar